DOSEN PEMBIMBING:
Aldri Frinaldi, SH., M. Hum.
19700212 199802 1 001
19700212 199802 1 001
OLEH:
FADHILA YANI
1101594
PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
Gaya hidup manusia
yang makin sibuk, selalu berpacu dengan waktu, menyebabkan restoran cepat saji
(fast food) tumbuh menjamur di mana-mana. Restoran cepat saji seperti Kentucky
Fried Chicken (KFC), Mc Donal, Dunkin Donats dan sejumlah nama restoran lainnya
tumbuh menjamur di berbagai negara di seluruh pelosok dunia. Fast food telah
menjadi gaya hidup warga dunia.
Di
belakangnya ada satu jenis restoran yang juga bisa tumbuh dan diterima di
berbagai daerah, yaitu Restoran Minang yang lebih dikenal dengan sebutan Rumah Makan
Padang. Di Indonesia, boleh disebut bahwa Restoran Minang telah menjadi tuan
rumah di belahan mana pun di negeri ini. Di berbagai negara, restoran Minang
juga mulai terlihat muncul.
Dilihat
dari cara penyajiannya, Restoran Minang bisa digolongkan ke dalam restoran fast
food. Di Rumah Makan Minang, pengunjung bisa langsung menikmati makanan yang
diinginkan dalam waktu singkat. Siap saji, cepat dan lezat, tentunya. Faktor
ini merupakan salah satu alasan kenapa restoran Minang bisa diterima
dimana-mana, termasuk di mancanegara. Salah satu makanan andalan di rumah makan
Padang ini adalah rendang. rendang adalah
salah satu masakan tradisional Minangkabau yang menggunakan daging dan santan
kelapa sebagai bahan utama dengan kandungan bumbu rempah-rempah yang kaya.
Masakan dengan citarasa yang pedas ini digemari oleh seluruh kalangan
masyarakat, dan dapat ditemukan di seluruh Rumah Makan Padang di Indonesia,
Malaysia, ataupun di negara lainnya. Masakan ini kadang lebih dikenal dengan
nama Rendang Padang.
Masakan Padang tidak hanya favoritnya warga Sumatera Barat dan Indonesia semata bahkan juga makanan favorit laur negeri. Rendang juga merupakan favorit Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Masakan Padang tidak hanya favoritnya warga Sumatera Barat dan Indonesia semata bahkan juga makanan favorit laur negeri. Rendang juga merupakan favorit Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Pada tahun 2011,
rendang dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World’s 50
Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN
International.
Dinas Pariwisata
DKI Jakarta gunakan momentum masuknya rendang dan nasi goreng sebagai juara
dalam 50 makanan terenak di dunia (World's 50 most delicious food) versi CNN
Travel, dalam ajang promosi pariwisata yang tengah berlangsung di kota Los
Angeles, Amerika Serikat.
Tentu,
faktor inilah yang membuat Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Pati
Djalal menggagas dan mengajak pengusaha Minang untuk mendirikan Restoran Minang
di negara pusat perekonomian dunia tersebut. Memang sejumlah restoran Minang
telah berdiri di sejumlah kota di AS. Namun menurut putra Minang ini, restoran
Minang yang ada masih untuk kalangan menengah ke bawah, masih dibutuhkan dan
terbuka peluang untuk mendirikan restotan Minang untuk kalangan menengah ke
atas.
Berdasarkan
pengalaman, menurut Dino, kalangan menengah dan atas Amerika Serikat juga
sangat menyukai cita rasa masakan Minang yang spesifik. Saat berkunjung ka
Indonesia, umumnya mereka memilih menu masakan Minang untuk dinikmati. Para
ekspatriat (warga Amerika yang bekerja di Indonesia) juga sudah terbiasa dengan
suguhan masakan Minang.
Pelayan rumah
makan Padang kebanyakannya pria.
Pelayan rumah makan Padang mempunyai keunikan dalam menyajikan hidangan. Mereka
akan membawa sejumlah piring
hidangan secara sekaligus dengan bertingkat-tingkat/bertumpuk-tumpuk dengan
kedua belah atau sebelah tangan saja tanpa jatuh. Hal ini merupakan atraksi
yang cukup menarik bagi para pengunjungnya. Kemudian semua piring-piring kecil
yang berisikan hidangan ini disajikan kepada tamu. Tamu bisa mengambil makanan
yang ia sukai dan hanya membayar makanan yang diambil. Jika sudah selesai
makan, pelayan akan memeriksa hidangan apa saja yang telah dimakan oleh tamu.
Cara penyajian yang unik ini berbeda dengan kebanyakan restoran lainnya.
Umumnya jika tamu masuk ia akan disodori menu dan akan memesan makanan dari
menu tersebut. Namun cara penyajian seprti ini tidak begitu dapat
diterima oleh semua budaya. Salah satunya di Amerika Serikat, Memang diperlukan sejumlah modifikasi tentunya, agar restoran Minang
bisa diterima oleh kalangan atas Amerika bahkan di negara-negara maju manapun.
Pertama adalah masalah standar kebersihan, baik cara pengolahan makanan, maupun
kebersihan restoran. Kedua adalah masalah cara penyajian.
Cara
penyajian yang perlu dimodifikasi adalah cara penyajian gulai (lauk-pauk) dan
sayuran. Konsumen kalangan atas menginginkan, gulai, lauk-pauk atau sayur-mayur
yang sudah dihidangkan tidak ditarik lagi, kemudian dihidangkan lagi ke
pengunjung lain. Dalam pandangan kita orang Minang, hal ini tidak menjadi
masalah dan merupakan hal biasa. Namun dalam kacamata masyarakat di
negara-negara maju hal ini tidak sesuai dengan estetika dan dianggap tidak
higienis. Jika memang cocok, berapapun harga yang harus dibayar, tak masalah
bagi mereka.
Namun,
nampaknya untuk mengubah kebiasaan ini bukanlah masalah yang berat. Di sejumlah
kota di Pulau Jawa, beberapa rumah makan Minang telah memodifikasi cara
penyajian tersebut. Di rumah makan Minang tersebut, pengunjung memilih
sendiri/memesan dulu menu yang mereka inginkan, baru dihidangkan. Dengan
demikian, tidak ada makanan yang disajikan bolak-balik. Dengan demikian,
rendang akan dapat banyak diterima oleh semua kalangan di DUNIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar