Sabtu, 23 November 2013

Rendang sebagai Makanan Multidimensional di berbagai Budaya


DOSEN PEMBIMBING:


Aldri Frinaldi, SH., M. Hum.
19700212 199802 1 001
OLEH:
FADHILA YANI
1101594

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013

Gaya hidup manusia yang makin sibuk, selalu berpacu dengan waktu, menyebabkan restoran cepat saji (fast food) tumbuh menjamur di mana-mana. Restoran cepat saji seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), Mc Donal, Dunkin Donats dan sejumlah nama restoran lainnya tumbuh menjamur di berbagai negara di seluruh pelosok dunia. Fast food telah menjadi gaya hidup warga dunia.
Di belakangnya ada satu jenis restoran yang juga bisa tumbuh dan diterima di berbagai daerah, yaitu Restoran Minang yang lebih dikenal dengan sebutan Rumah Makan Padang. Di Indonesia, boleh disebut bahwa Restoran Minang telah menjadi tuan rumah di belahan mana pun di negeri ini. Di berbagai negara, restoran Minang juga mulai terlihat muncul.
Dilihat dari cara penyajiannya, Restoran Minang bisa digolongkan ke dalam restoran fast food. Di Rumah Makan Minang, pengunjung bisa langsung menikmati makanan yang diinginkan dalam waktu singkat. Siap saji, cepat dan lezat, tentunya. Faktor ini merupakan salah satu alasan kenapa restoran Minang bisa diterima dimana-mana, termasuk di mancanegara. Salah satu makanan andalan di rumah makan Padang ini adalah rendang. rendang adalah salah satu masakan tradisional Minangkabau yang menggunakan daging dan santan kelapa sebagai bahan utama dengan kandungan bumbu rempah-rempah yang kaya. Masakan dengan citarasa yang pedas ini digemari oleh seluruh kalangan masyarakat, dan dapat ditemukan di seluruh Rumah Makan Padang di Indonesia, Malaysia, ataupun di negara lainnya. Masakan ini kadang lebih dikenal dengan nama Rendang Padang.
Masakan Padang tidak hanya favoritnya warga Sumatera Barat dan Indonesia semata bahkan juga makanan favorit laur negeri. Rendang juga merupakan favorit Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Pada tahun 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World’s 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN International.
Dinas Pariwisata DKI Jakarta gunakan momentum masuknya rendang dan nasi goreng sebagai juara dalam 50 makanan terenak di dunia (World's 50 most delicious food) versi CNN Travel, dalam ajang promosi pariwisata yang tengah berlangsung di kota Los Angeles, Amerika Serikat.
Tentu, faktor inilah yang membuat Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Pati Djalal menggagas dan mengajak pengusaha Minang untuk mendirikan Restoran Minang di negara pusat perekonomian dunia tersebut. Memang sejumlah restoran Minang telah berdiri di sejumlah kota di AS. Namun menurut putra Minang ini, restoran Minang yang ada masih untuk kalangan menengah ke bawah, masih dibutuhkan dan terbuka peluang untuk mendirikan restotan Minang untuk kalangan menengah ke atas.
Berdasarkan pengalaman, menurut Dino, kalangan menengah dan atas Amerika Serikat juga sangat menyukai cita rasa masakan Minang yang spesifik. Saat berkunjung ka Indonesia, umumnya mereka memilih menu masakan Minang untuk dinikmati. Para ekspatriat (warga Amerika yang bekerja di Indonesia) juga sudah terbiasa dengan suguhan masakan Minang.
Pelayan rumah makan Padang kebanyakannya pria. Pelayan rumah makan Padang mempunyai keunikan dalam menyajikan hidangan. Mereka akan membawa sejumlah piring hidangan secara sekaligus dengan bertingkat-tingkat/bertumpuk-tumpuk dengan kedua belah atau sebelah tangan saja tanpa jatuh. Hal ini merupakan atraksi yang cukup menarik bagi para pengunjungnya. Kemudian semua piring-piring kecil yang berisikan hidangan ini disajikan kepada tamu. Tamu bisa mengambil makanan yang ia sukai dan hanya membayar makanan yang diambil. Jika sudah selesai makan, pelayan akan memeriksa hidangan apa saja yang telah dimakan oleh tamu. Cara penyajian yang unik ini berbeda dengan kebanyakan restoran lainnya. Umumnya jika tamu masuk ia akan disodori menu dan akan memesan makanan dari menu tersebut. Namun cara penyajian seprti ini tidak begitu dapat diterima oleh semua budaya. Salah satunya di Amerika Serikat, Memang diperlukan sejumlah modifikasi tentunya, agar restoran Minang bisa diterima oleh kalangan atas Amerika bahkan di negara-negara maju manapun. Pertama adalah masalah standar kebersihan, baik cara pengolahan makanan, maupun kebersihan restoran. Kedua adalah masalah cara penyajian.
Cara penyajian yang perlu dimodifikasi adalah cara penyajian gulai (lauk-pauk) dan sayuran. Konsumen kalangan atas menginginkan, gulai, lauk-pauk atau sayur-mayur yang sudah dihidangkan tidak ditarik lagi, kemudian dihidangkan lagi ke pengunjung lain. Dalam pandangan kita orang Minang, hal ini tidak menjadi masalah dan merupakan hal biasa. Namun dalam kacamata masyarakat di negara-negara maju hal ini tidak sesuai dengan estetika dan dianggap tidak higienis. Jika memang cocok, berapapun harga yang harus dibayar, tak masalah bagi mereka.
Namun, nampaknya untuk mengubah kebiasaan ini bukanlah masalah yang berat. Di sejumlah kota di Pulau Jawa, beberapa rumah makan Minang telah memodifikasi cara penyajian tersebut. Di rumah makan Minang tersebut, pengunjung memilih sendiri/memesan dulu menu yang mereka inginkan, baru dihidangkan. Dengan demikian, tidak ada makanan yang disajikan bolak-balik. Dengan demikian, rendang akan dapat banyak diterima oleh semua kalangan di DUNIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar