MAKALAH
PRILAKU ORGANISASI
DOSEN PEMBIMBING:
PRILAKU ORGANISASI
DOSEN PEMBIMBING:
Aldri Frinaldi, SH., M. Hum.
19700212 199802 1 001
19700212 199802 1 001
OLEH:
FADHILA YANI
1101594
PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Membicarakan suatu oraganisasi, berarti tidak
terlepas dari prilaku individu yang sangat memiliki peran penting dalam suatu
organisasi. Veithzal Rivai: 2004: 221 dalam bukunya “Kepemimpinan dan Prilaku
Organisasi” menyebutkan bahwa perilaku organisasi pada hakikatnya adalah
hasil-hasil interaksi antara individu-individu dalam organisasinya. Oleh karena
itu, untuk memahami perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu
individu-individu sebagai pendukung organisasi.
Manusia adalah salah satu faktor penting dalam
organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada
di dalamnya. Dalam seluruh pekerjaan, anggotalah yang menentukan
keberhasilannya, sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas organisasi
harus dimulai dari perbaikan produktivitas anggota. Oleh karena itu,
pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka
meningkatkan kinerjanya.
Namun yang perlu dipahami juga adalah, setiap individu
memiliki keunikan masing-masing serta memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Meskipun bergerak dalam bidang yang sama, namun prilaku individu
akan berbeda satu sama lainnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-rum
ayat 22, yang artinya:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan perbedaan bahasamu dan warna kulitmu,
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang
yang mengetahui.”
Berdasarkan ayat di atas, maka perlulah kita
mengetahui apa perilaku individu, bagaimana proses dan terbentuknya prilaku
seorang individu, serta apa saja potensi yang dimiliki oleh seorang individu
yang membedakannya dengan yang lain. dengan demikian, maka dapatlah kita
memahami bagaimana tugas seorang individu di muka bumi ini, kemudian dapat pula
kita mengetahui aplikasi perilaku individu dalam suatu organisasi.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis membatasi penulisan ini menjadi:
a. Apa yang
dimaksud dengan prilaku organisasi?
b. Apa
dasar-dasar prilaku individu?
c. Apa saja
prinsip-prinsip dasar sifat manusia yang dapat membedakannya dengan yang lain?
d.
Bagaimana
aplikasi perilaku seorang individu dalam
organisasi?
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah:
a.
Memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah “Prilaku
Organisasi”, dengan dosen pembimbing Drs. Yasril Yunus, M.Si.
b. Menjelaskan
tentang Perilaku
Individu dalam Organisasi dengan komponen dasar-dasar perilaku individu dan
aplikasi perilaku individu dalam Prilaku Organisasi.
1.4.Manfaat
Penulisan
Penulis berharap agar
penulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan memberikan wawasan tentang dasar-dasar
prilaku individu yang dapat menentukan prilaku seseorang dalam suatu
organisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.Prilaku
Individu dalam Organisasi
Menurut
Larry L. Cummings (dalam Sondang P.Siagian:1989) Perilaku memberikan
petunjuk-petunjuk dan pengarahan yang preskriptif untuk usaha mencapai tujuan
efektif dan efisien, ia juga menekankan bahwa perilaku organisasi adalah suatu
cara berpikir, suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan
secara nyata hasil-hasil penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahan.
Sedangkan
organisasi Menurut (Sondang P.Siagian:1989:3) ialah setiap bentuk kerja sama
antara manusia yang terikat oleh suatu ketentuan yang bermaksud untuk mencapai
tujuan bersama dan setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang
bekerja bersama serta formal terkait dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang
telah ditentukan.
Di
samping itu organisasi dapat pula didefenisikan sebagai suatu himpunan
interaksi manusia yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama yang terikat
dalam suatu ketentuan yang telah disetuji bersama.
Dari
penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa Perilaku
individu dalam organisasi merupakan
bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi.
Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama
lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang
memang berbeda. Individu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan,
kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.
Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki
lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yg lainnya. Organisasi juga merupakan
suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan
dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem
penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.
2.2.
Dasar-Dasar
Prilaku Individu
Prilaku dalam suatu organisasi merupakan
komponen-komponen dari prilaku seorang individu. Maka pentinglah bagi kita
untuk mengetahui apa saja dasar-dasar pembentukan prilaku seorang individu,
dengan demikian kita akan mengetahui pula bagaimana prilaku organisasi.
Adapun dasar-dasar perilaku individu terbentuk oleh
empat variabel tingkat individual, yakni: karakter biografis, kemampuan, kepribadian,
dan pembelajaran. (Nimran dalam Veithzal rivai:2002:224). Untuk lebih
lengkapnya, akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Ciri - ciri biografis
a.
Umur
Dijelaskan secara empiris bahwa umur
berpengaruh terhadap bagaimana perilaku seorang individu, termasuk bagaimana
kemampuannya untuk bekerja, merespon stimulus yang dilancarkan oleh individu
lainnya. Dalam hadis diungkapkan bahwa “jagalah lima hal sebelum datang yang
lima, yaitu masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu,
hidupmu sebelum miskinmu, dan waktu senggangmu sebelum sibukmu.”
Ada suatu keyakinan yang meluas
bahwa produktifitas merosot sejalan dengan makin tuanya usia seseorang. Tetapi
hal itu tidak terbukti, karena banyak orang yang sudah tua tapi enerjik. Namun
memang dapat diakui pula bahwa pada usia muda seseorang lebih produktif
dibandingkan ketika usia tua. Maka sebaiknya kita tidak menyia-nyiakan masa
muda kita dan umur yang telah diberikan tuhan kepada kita.
b.
Jenis
Kelamin.
Penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria
dan wanita dalam menangani pekerjaan relatif sama. Keduanya hampir sama
konsistensinya dalam memecahkan masalah, keterampilan analitis dorongan
kompetitif, motivasi, sosiabilitas, dan kemampuan belajar. Pendekatan psikologi
menyatakan bahwa wanita lebih patuh pada aturan dan otoritas. Sedangkan pria
lebih agresif, sehingga lebih besar kemungkinan mencapai sukses walaupun
perbedaan ini terbukti sangat kecil. Sehingga sebenarnya dalam pemberian
kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan karena tidak ada cukup bukti yang
membedakan pria dan wanita dalam hal kepuasan kerja.
c.
Status
Perkawinan.
Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda antara
karyawan yang single dengan karyawan yang sudah menikah. penelitian
membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga relatif lebih baik
dibandingkan dengan single baik ditinjau dari segi absensi. Keluar
beralih kerja dan kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karena oarng yang telah
berkeluarga mempunyai rasa tanggungjawab dan membuat pekerjaan lebih ajeg,
lebih tertib, dan mengganggap pekerjaan lebih berharga dan lebih penting.
d.
Masa Kerja.
Relevansi masa kerja adalah berkaitan langsung dengan
senioritas dalam pekerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan
pria-wanita-tua-muda dan seterusnya karena penelitian menunjukkan bahwa belum
tentu yang lebih lama pada pekerjaan memiliki produktifitas yang lebih tinggi.
Karena bisa saja orang baru bekerja tetapi memiliki pengalaman yang lebih baik
dari pekerjaan masa lalu, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman masa lalu
merupakan penentu masa depan seseorang dalam pekerjaan.
2.
Kemampuan
Nimran dalam Sopiah (2008)
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan istilah kemampuan adalah kapasitas
seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam satu pekerjaan. Pencapaian
tujuan organisasi atau manajemen yang berhasil adalah kemampuan seorang
pemimpin untuk mengeksploitasikan kelebihan sebesar-besarnya dan menekankan
kekurangannya dari berbagai orang untuk bersama-sama meningkatkan
produktifitas.
Kategori kemampuan dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
a)
Kemampuan intelektual
adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Untuk mengungkap
kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha mengeksplorasi dimensi kecerdasan
numeris yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat, pemahaman
verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta
relasinya satu sama lain, kecepatan perseptual yaitu kemampuan mengenali
kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif
yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam suatu masalah dan
kemdian memecahkan masalah tersebut, penalaran deduktif yaitu kemampuan
menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen, visualisasi
ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak
seandainya posisinya dalam ruang dirubah, ingatan (memory) yaitu
kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu. Untuk
pekerjaan yang memerlukan rutinitas tinggi dan tidak memerlukan intelektualitas
tinggi, IQ tinggi tidak ada relevansinya dengan kinerja. Namun pemahaman
verbal, kecepatan persepsi, visualisasi ruang dan ingatan banyak diperlukan di
berbagai bidang pekerjaan. Sehingga tes IQ tetap diperlukan.
b) Kemampuan
fisik
adalah kemampuan yang diperlukan
untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan
keterampilan.
Karyawan yang mempunyai kemampuan
intelektual dan fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, akan dapat
menghambat pencapaian tujuan kinerja atau produktifitas. Seorang pilot misalnya
harus berkualitas tinggi kemampuan visualisasi ruangnya, penjaga pantai harus
kuat kemampuan visualisasi dan koordinasi tubuhnya.
3.
Kepribadian
Veithzal rivai:2002:228 berpendapat bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis pada tiap-tiap sistem psikofisik yang menentukan
penyesuaian unik pada lingkungannya dan kepribadian merupakan total jumlah dari
sesorang individu dalam beraksi dan berinteraksi dengan orang lain, atau dapat
pula dikatakan bahwa kepribadian adalah himpunan karakteristik dan kecendrungan
yang stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaan dalam prilaku seseorang.
4.
Pembelajaran
Veithzal rivai:2002:231 menyebutkan belajar adalah
proses perubahan yang relatif konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena
adanya suatu pengalaman atau latihan. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami
ada tiga komponen belajar yaitu (1) belajar melibatkan adanya perubahan, dari
buruk menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tah, dari tidak bisa menjadi bisa.
(2) perubahan yang terjadi relatif permanen. Perubahan yang bersifat sementara
menunjukkan kegagalan dalam proses belajar. (3) belajar berarti ada perubahan
perilaku. Belajar tidak hanya mengubah pikiran dan sikap, tetapi ada yang lebih
penting lagi adalah belajar harus mengubah perilaku subjek ajar.
2.3.
Prinsip-Prinsip Dasar Sifat Manusia yang Dapat Membedakannya dengan yang Lain.
Ilmu
perilaku telah banyak mengembangkan cara-cara untuk memahami sifat-sifat
manusia. Konsep tentang manusia itu sendiri telah banyak pula dikembangakan
oleh para peneliti perilaku organisasi. Dan walaupun konsep-konsep tersebut
terdapat dakam perbedaan satu sama lain, namun usaha pengembangan pemahaman
mengenai sifat manusia pada umumnya telah banyak dilakukan. Salah satu cara
untuk memahami sifat-sifat manusia ini ialah dengan menganalisis kembali
prinsip-prinsip dasar yang merupakan salah satu bagian dari padanya (Miftah
Thoha 36-44 : 1983), yakni:
1. Manusia berbeda prilakunya karena kemampuannya
tidak sama.
Prinsip dasar kemampuan ini
amat penting diketahui untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku
berbeda antara satu dengan yang lain. Karena keterbatasan kemampuan seseorang
bisa menjahit satu celana dalam 10 menit, sementara orang lain memerlukan waktu
3 hari dalam hal yang sama. Terbatasnya kemampuan ini hanya membuat manusia
bisa bertingkah laku berbeda. Ada yang beranggapan perbedaan itu disebabkan
karena sejak lahir manusia ditakdirkan tidak sama kemampuannya, ada pula yang
beranggapan karena perbeadaan penyerapan imformasi dari suatu gejala, adalagi
yang berpendapat karena perbedaan kemampuan itu karena kombinasi keduanya. Oleh
karenanya kecerdasan merupakan salah satu perwujudan dari kemampuan seseorang,
ada juga yang beranggapan kecerdasan manusia itu juga pembawaan dari semenjak
lahir, ada pula yang beranggapan karena didikan dan pengalaman.
Setuju atau tidak dari
perbedaan-perbedaan tersebut bahwa ternyata kemampuan seseorang dapat
membedakan perilakunya. Dan karena perbedaan perilkau ini maka dapat kiranya
dipergunakan untuk memprediksi pelaksanaan dan hasil kerja seseorang yang
bekerjasama didalam suatu organisasi tertentu. Kalau kita berhasil memahami
perilaku manusia dari sudut ini, maka kita akan paham pula mengapa seseorang
berprilaku yang berbeda dengan yang lain di dalam melaksanakan suatu kerjasama.
2.
Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Ahli-ahli berpendapat bahwa
manusia berprilaku karena serangkaian kebutuhan, missal seorang karyawan yang
didorong untuk mendapatkan tambahan gaji satu bulan dengan keluarganya, tingkah
perilkaunya sudah jelas berbeda dengan karyawan yang didorongoelh keinginan
memiliki kedudukan agar mendapat harga diri didalam masyarakat.
Perbedaan pemahaman dari
seseorang ini amat bermanfaat untuk memahami konsep perilaku seseorang di dalam
organisasi. Hal ini bisa digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku
yang berorientasi tujuan di dalam kerja sama organisasi. Ini juga bisa
dijadikan penolong dalam memahami mengapa hasil dianggap penting bagi seseorang,
dan untuk mngerti hasil manakah yang akan menjadi terpenting untuk menentukan
spesifikasi individu.
3.
Orang berpikir tentang masa depan, dan membuat pilihan
tentang bagaimana pilihan terbaik.
Kebutuhan manusia dapat
dipenuhi melalui perilakunya masing-masing. Cara untuk menjelaskan bagaimana
seseorang membuat pilihan di antara sejumlah besar rangkaian pilihan perilaku
yang terbuka baginya, adalah dengan mempergunakan penjelasan teori expectancy.
Teori ini berdasarkan suatu anggapan yang menunujukkan bagaimana menganalisa
dan meramalkan rangkaian tindakan apakah yang akan diikuti oleh seseorang
manakala ia mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan mengenai perilakunya.
4.
Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya
dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya
Bahwa orang berperilaku itu
menurut persepsinya mengarahkan kepada suatu kepercayaan tentang pelaksanaan
kerja apakah yang memungkinkan, dan hasil-hasil apa yang akan mengikuti
pelaksanaan kerja tersebut.
Memahami lingkungan adalah
suatu proses yang aktif, di mana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu
mempunyai arti baginya.proses yang aktif ini melibatkan seorang individu
mengakui secara selektif aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan, menilai apa
yang dilihatnya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi
apa yang ada di dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilainya.
Oleh karena kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman seseorang itu seringkali berbeda
sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga berbeda, missal orang-orang
yang berada dalam organisasi yang sma seringkali mempunyai perbedaan di dalam
pengaharapan, contohnya naiknya gaji dan cepatnya promosi.
5.
Seseorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang atau
tidak senang
Orang-orang jarang bertindak
netral mengenai sesuatu hal yang mereka ketahui dan alami. Dan mereka cendrung
untuk mengevaluaisi sesuatu yang mereka alami dengan cara senang atau tidak
senang.
Perasaan senang atau tidak
senang ini menyebabkan seseorang berbuat yang berbeda dengan orang lain di
dalam rangka menaggapi sesuatu hal. Missal seseorang bisa puas mendapatkan gaji
tertentu karena bekerja di suatu tempat tertentu, orang lain yang bekerja di
tempat yang sama merasa tidak puas. Kepuasaan dan ketidakpuasaan ini di
timbulkan karena adanya perbedaan dari suatu yang di terima denagan sesuatu
yang yang di harapkan seharusnya di terima. Orang acapkali membandingka hasil
yang di terimanya dalam situasi kerja tertentu di tempat kerja yang sama.
Perbandingan ini kadangkala
kurang imformasi mengenai masukan dan hasil yang di capai oleh orang lain
tersebut. Sehingga pemahamannya terhadap hasil yang di bandingkan tidak tepat
dan membuat orang salah persepsi, oleh karenanya salah persepsi ini merupakan
gejala yang umum dan merupakan bidang yang amat penting di ketahui.
2.4. Aplikasi Prilaku dalam Organisasi
Menurut
(dalam Sondang P. Siagian:1989) Perilaku organisasi mencakup semua aspek yang
berhubungan dengan tindakan manusia yang tergabung dalam suatu organisasi atau
kelompok kerjasama, yaitu aspek pengaruh organisasi terhadap manusia dan juga
sebaliknya. Bagaimana perilaku manusia akan mempengaruhi efisiensi dan
efektivitas suatu organisasi.
Menurut
Walter R. Nord (dalam Prof. Dr. J. Winardi, SE:2004:211-218) Perilaku
organisasi tercakup empat unsur utama, yaitu :
1.
Aspek
psikologis tindakan manusia itu sendiri, sebagai hasil studi psikologi.
2.
Adanya
bagian lain yang diakui cukup relevan bagi usaha mempelajari tindakan manusia
dalam organisasi.
3.
Perilaku
organisasi sebagai suatu disiplin, mengakui bahwa individu dipengaruhi oleh
bagaimana organisasi diatur dan siapa yang mengawasi mereka.
4.
Walaupun
disadari akan adanya keunikan masing-masing individu, perilaku organisasi lebih
banyak menekankan pada tuntutan manager bagi tercapainya tujuan organisasi
secara keseluruhan.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Prilaku
organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia
dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Untuk mengetahui prilaku
individu dalam suatu organisasi, perlu diketahui terlebih dahulu dasar-dasar
pembentukan prilaku individu itu sendiri. Berdasarkan karakteristik
terbentuknya perilaku individu, maka dapat kita pahami bahwa setiap individu
akan memiliki pengetahuan, kepribadian serta kemampuan yang berbeda-beda.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-hujurat:13, yang artinya:
“hai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.”
Untuk itulah, seorang pemimpin atau
manager harus memahami perilaku individu sebagai landasan untuk mengelola
orang-orang yang ada di dalamnya. Masalah perilaku individu maupun kelompok
merupakan salah satu masalah yang amat pelik yang selalu dihadapi oleh semua
manajer di berbagai organisasi, oleh karena itu perlu sekali mempelajari bagaimana
prilaku individu dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
3.2.
Saran
Penulis berharap, dengan pembahasan yang penulis sampaikan di atas,
pembaca dapat memahami tentang karakter individu dan dapat berprilaku yang
baik. Sehingga dapat menyesuaikan diri di organisasi manapun kita berada.
wahhhh, ini pasti dapat A nilai nya nih hehe
BalasHapus