Sabtu, 23 November 2013

Prilaku Individu dalam Organisasi

MAKALAH
PRILAKU ORGANISASI


DOSEN PEMBIMBING:



Aldri Frinaldi, SH., M. Hum.
19700212 199802 1 001
OLEH:
FADHILA YANI
1101594

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Membicarakan suatu oraganisasi, berarti tidak terlepas dari prilaku individu yang sangat memiliki peran penting dalam suatu organisasi. Veithzal Rivai: 2004: 221 dalam bukunya “Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi” menyebutkan bahwa perilaku organisasi pada hakikatnya adalah hasil-hasil interaksi antara individu-individu dalam organisasinya. Oleh karena itu, untuk memahami perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu individu-individu sebagai pendukung organisasi.
Manusia adalah salah satu faktor penting dalam organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Dalam seluruh pekerjaan, anggotalah yang menentukan keberhasilannya, sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas organisasi harus dimulai dari perbaikan produktivitas anggota.  Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Namun yang perlu dipahami juga adalah, setiap individu memiliki keunikan masing-masing serta memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Meskipun bergerak dalam bidang yang sama, namun prilaku individu akan berbeda satu sama lainnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-rum ayat 22, yang artinya:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan perbedaan bahasamu dan warna kulitmu, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui.”
Berdasarkan ayat di atas, maka perlulah kita mengetahui apa perilaku individu, bagaimana proses dan terbentuknya prilaku seorang individu, serta apa saja potensi yang dimiliki oleh seorang individu yang membedakannya dengan yang lain. dengan demikian, maka dapatlah kita memahami bagaimana tugas seorang individu di muka bumi ini, kemudian dapat pula kita mengetahui aplikasi perilaku individu dalam suatu organisasi.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membatasi penulisan ini menjadi:
a.       Apa yang dimaksud dengan prilaku organisasi?
b.      Apa dasar-dasar prilaku individu?
c.       Apa saja prinsip-prinsip dasar sifat manusia yang dapat membedakannya dengan yang lain?
d.      Bagaimana aplikasi perilaku seorang individu  dalam organisasi?

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
a.       Memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah “Prilaku Organisasi”, dengan dosen pembimbing Drs. Yasril Yunus, M.Si.
b.      Menjelaskan tentang Perilaku Individu dalam Organisasi dengan komponen dasar-dasar perilaku individu dan aplikasi perilaku individu dalam Prilaku Organisasi.

1.4.Manfaat Penulisan
Penulis berharap agar penulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan memberikan wawasan tentang dasar-dasar prilaku individu yang dapat menentukan prilaku seseorang dalam suatu organisasi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Prilaku Individu dalam Organisasi
Menurut Larry L. Cummings (dalam Sondang P.Siagian:1989) Perilaku memberikan petunjuk-petunjuk dan pengarahan yang preskriptif untuk usaha mencapai tujuan efektif dan efisien, ia juga menekankan bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir, suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil-hasil penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahan.
Sedangkan organisasi Menurut (Sondang P.Siagian:1989:3) ialah setiap bentuk kerja sama antara manusia yang terikat oleh suatu ketentuan yang bermaksud untuk mencapai tujuan bersama dan setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta formal terkait dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan.
Di samping itu organisasi dapat pula didefenisikan sebagai suatu himpunan interaksi manusia yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama yang terikat dalam suatu ketentuan yang telah disetuji bersama.
Dari penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa Perilaku individu dalam organisasi  merupakan bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yg lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.
2.2. Dasar-Dasar Prilaku Individu
Prilaku dalam suatu organisasi merupakan komponen-komponen dari prilaku seorang individu. Maka pentinglah bagi kita untuk mengetahui apa saja dasar-dasar pembentukan prilaku seorang individu, dengan demikian kita akan mengetahui pula bagaimana prilaku organisasi.
Adapun dasar-dasar perilaku individu terbentuk oleh empat variabel tingkat individual, yakni: karakter biografis, kemampuan, kepribadian, dan pembelajaran. (Nimran dalam Veithzal rivai:2002:224). Untuk lebih lengkapnya, akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Ciri - ciri biografis
a.      Umur
Dijelaskan secara empiris bahwa umur berpengaruh terhadap bagaimana perilaku seorang individu, termasuk bagaimana kemampuannya untuk bekerja, merespon stimulus yang dilancarkan oleh individu lainnya. Dalam hadis diungkapkan bahwa “jagalah lima hal sebelum datang yang lima, yaitu masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, hidupmu sebelum miskinmu, dan waktu senggangmu sebelum sibukmu.”
Ada suatu keyakinan yang meluas bahwa produktifitas merosot sejalan dengan makin tuanya usia seseorang. Tetapi hal itu tidak terbukti, karena banyak orang yang sudah tua tapi enerjik. Namun memang dapat diakui pula bahwa pada usia muda seseorang lebih produktif dibandingkan ketika usia tua. Maka sebaiknya kita tidak menyia-nyiakan masa muda kita dan umur yang telah diberikan tuhan kepada kita.
b.      Jenis Kelamin.
Penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria dan wanita dalam menangani pekerjaan relatif sama. Keduanya hampir sama konsistensinya dalam memecahkan masalah, keterampilan analitis dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, dan kemampuan belajar. Pendekatan psikologi menyatakan bahwa wanita lebih patuh pada aturan dan otoritas. Sedangkan pria lebih agresif, sehingga lebih besar kemungkinan mencapai sukses walaupun perbedaan ini terbukti sangat kecil. Sehingga sebenarnya dalam pemberian kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan karena tidak ada cukup bukti yang membedakan pria dan wanita dalam hal kepuasan kerja.
c.       Status Perkawinan.
Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda antara karyawan yang single dengan karyawan yang sudah menikah. penelitian membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan single baik ditinjau dari segi absensi. Keluar beralih kerja dan kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karena oarng yang telah berkeluarga mempunyai rasa tanggungjawab dan membuat pekerjaan lebih ajeg, lebih tertib, dan mengganggap pekerjaan lebih berharga dan lebih penting.
d.      Masa Kerja.
Relevansi masa kerja adalah berkaitan langsung dengan senioritas dalam pekerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan pria-wanita-tua-muda dan seterusnya karena penelitian menunjukkan bahwa belum tentu yang lebih lama pada pekerjaan memiliki produktifitas yang lebih tinggi. Karena bisa saja orang baru bekerja tetapi memiliki pengalaman yang lebih baik dari pekerjaan masa lalu, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman masa lalu merupakan penentu masa depan seseorang dalam pekerjaan. 
2.      Kemampuan
Nimran dalam Sopiah (2008) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan istilah kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam satu pekerjaan. Pencapaian tujuan organisasi atau manajemen yang berhasil adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengeksploitasikan kelebihan sebesar-besarnya dan menekankan kekurangannya dari berbagai orang untuk bersama-sama meningkatkan produktifitas.
Kategori kemampuan dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a)      Kemampuan intelektual
adalah kemampuan yang diperlukan untuk  menjalankan kegiatan mental. Untuk mengungkap kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha mengeksplorasi dimensi kecerdasan numeris yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat, pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta relasinya satu sama lain, kecepatan perseptual yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif  yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam suatu masalah dan kemdian memecahkan masalah tersebut, penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen, visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah, ingatan (memory) yaitu kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu. Untuk pekerjaan yang memerlukan rutinitas tinggi dan tidak memerlukan intelektualitas tinggi, IQ tinggi tidak ada relevansinya dengan kinerja. Namun pemahaman verbal, kecepatan persepsi, visualisasi ruang dan ingatan banyak diperlukan di berbagai bidang pekerjaan. Sehingga tes IQ tetap diperlukan.
b)      Kemampuan fisik
adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan. 
Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, akan dapat menghambat pencapaian tujuan kinerja atau produktifitas. Seorang pilot misalnya harus berkualitas tinggi kemampuan visualisasi ruangnya, penjaga pantai harus kuat kemampuan visualisasi dan koordinasi tubuhnya.
3.       Kepribadian
Veithzal rivai:2002:228 berpendapat bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis pada tiap-tiap sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian unik pada lingkungannya dan kepribadian merupakan total jumlah dari sesorang individu dalam beraksi dan berinteraksi dengan orang lain, atau dapat pula dikatakan bahwa kepribadian adalah himpunan karakteristik dan kecendrungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaan dalam prilaku seseorang.

4.      Pembelajaran
Veithzal rivai:2002:231 menyebutkan belajar adalah proses perubahan yang relatif konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu pengalaman atau latihan. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami ada tiga komponen belajar yaitu (1) belajar melibatkan adanya perubahan, dari buruk menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tah, dari tidak bisa menjadi bisa. (2) perubahan yang terjadi relatif permanen. Perubahan yang bersifat sementara menunjukkan kegagalan dalam proses belajar. (3) belajar berarti ada perubahan perilaku. Belajar tidak hanya mengubah pikiran dan sikap, tetapi ada yang lebih penting lagi adalah belajar harus mengubah perilaku subjek ajar.
2.3. Prinsip-Prinsip Dasar Sifat Manusia yang Dapat Membedakannya dengan yang Lain.
Ilmu perilaku telah banyak mengembangkan cara-cara untuk memahami sifat-sifat manusia. Konsep tentang manusia itu sendiri telah banyak pula dikembangakan oleh para peneliti perilaku organisasi. Dan walaupun konsep-konsep tersebut terdapat dakam perbedaan satu sama lain, namun usaha pengembangan pemahaman mengenai sifat manusia pada umumnya telah banyak dilakukan. Salah satu cara untuk memahami sifat-sifat manusia ini ialah dengan menganalisis kembali prinsip-prinsip dasar yang merupakan salah satu bagian dari padanya (Miftah Thoha 36-44 : 1983), yakni:
1. Manusia berbeda prilakunya karena kemampuannya tidak sama.
Prinsip dasar kemampuan ini amat penting diketahui untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda antara satu dengan yang lain. Karena keterbatasan kemampuan seseorang bisa menjahit satu celana dalam 10 menit, sementara orang lain memerlukan waktu 3 hari dalam hal yang sama. Terbatasnya kemampuan ini hanya membuat manusia bisa bertingkah laku berbeda. Ada yang beranggapan perbedaan itu disebabkan karena sejak lahir manusia ditakdirkan tidak sama kemampuannya, ada pula yang beranggapan karena perbeadaan penyerapan imformasi dari suatu gejala, adalagi yang berpendapat karena perbedaan kemampuan itu karena kombinasi keduanya. Oleh karenanya kecerdasan merupakan salah satu perwujudan dari kemampuan seseorang, ada juga yang beranggapan kecerdasan manusia itu juga pembawaan dari semenjak lahir, ada pula yang beranggapan karena didikan dan pengalaman.
Setuju atau tidak dari perbedaan-perbedaan tersebut bahwa ternyata kemampuan seseorang dapat membedakan perilakunya. Dan karena perbedaan perilkau ini maka dapat kiranya dipergunakan untuk memprediksi pelaksanaan dan hasil kerja seseorang yang bekerjasama didalam suatu organisasi tertentu. Kalau kita berhasil memahami perilaku manusia dari sudut ini, maka kita akan paham pula mengapa seseorang berprilaku yang berbeda dengan yang lain di dalam melaksanakan suatu kerjasama.
2.      Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Ahli-ahli berpendapat bahwa manusia berprilaku karena serangkaian kebutuhan, missal seorang karyawan yang didorong untuk mendapatkan tambahan gaji satu bulan dengan keluarganya, tingkah perilkaunya sudah jelas berbeda dengan karyawan yang didorongoelh keinginan memiliki kedudukan agar mendapat harga diri didalam masyarakat.
Perbedaan pemahaman dari seseorang ini amat bermanfaat untuk memahami konsep perilaku seseorang di dalam organisasi. Hal ini bisa digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku yang berorientasi tujuan di dalam kerja sama organisasi. Ini juga bisa dijadikan penolong dalam memahami mengapa hasil dianggap penting bagi seseorang, dan untuk mngerti hasil manakah yang akan menjadi terpenting untuk menentukan spesifikasi individu.
3.      Orang berpikir tentang masa depan, dan membuat pilihan tentang bagaimana pilihan terbaik.
Kebutuhan manusia dapat dipenuhi melalui perilakunya masing-masing. Cara untuk menjelaskan bagaimana seseorang membuat pilihan di antara sejumlah besar rangkaian pilihan perilaku yang terbuka baginya, adalah dengan mempergunakan penjelasan teori expectancy. Teori ini berdasarkan suatu anggapan yang menunujukkan bagaimana menganalisa dan meramalkan rangkaian tindakan apakah yang akan diikuti oleh seseorang manakala ia mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan mengenai perilakunya.
4.      Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya
Bahwa orang berperilaku itu menurut persepsinya mengarahkan kepada suatu kepercayaan tentang pelaksanaan kerja apakah yang memungkinkan, dan hasil-hasil apa yang akan mengikuti pelaksanaan kerja tersebut.
Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif, di mana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti baginya.proses yang aktif ini melibatkan seorang individu mengakui secara selektif aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan, menilai apa yang dilihatnya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi apa yang ada di dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilainya. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman seseorang itu seringkali berbeda sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga berbeda, missal orang-orang yang berada dalam organisasi yang sma seringkali mempunyai perbedaan di dalam pengaharapan, contohnya naiknya gaji dan cepatnya promosi.
5.      Seseorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang atau tidak senang
Orang-orang jarang bertindak netral mengenai sesuatu hal yang mereka ketahui dan alami. Dan mereka cendrung untuk mengevaluaisi sesuatu yang mereka alami dengan cara senang atau tidak senang.
Perasaan senang atau tidak senang ini menyebabkan seseorang berbuat yang berbeda dengan orang lain di dalam rangka menaggapi sesuatu hal. Missal seseorang bisa puas mendapatkan gaji tertentu karena bekerja di suatu tempat tertentu, orang lain yang bekerja di tempat yang sama merasa tidak puas. Kepuasaan dan ketidakpuasaan ini di timbulkan karena adanya perbedaan dari suatu yang di terima denagan sesuatu yang yang di harapkan seharusnya di terima. Orang acapkali membandingka hasil yang di terimanya dalam situasi kerja tertentu di tempat kerja yang sama.
Perbandingan ini kadangkala kurang imformasi mengenai masukan dan hasil yang di capai oleh orang lain tersebut. Sehingga pemahamannya terhadap hasil yang di bandingkan tidak tepat dan membuat orang salah persepsi, oleh karenanya salah persepsi ini merupakan gejala yang umum dan merupakan bidang yang amat penting di ketahui.
2.4. Aplikasi Prilaku dalam Organisasi
Menurut (dalam Sondang P. Siagian:1989) Perilaku organisasi mencakup semua aspek yang berhubungan dengan tindakan manusia yang tergabung dalam suatu organisasi atau kelompok kerjasama, yaitu aspek pengaruh organisasi terhadap manusia dan juga sebaliknya. Bagaimana perilaku manusia akan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas suatu organisasi.
Menurut Walter R. Nord (dalam Prof. Dr. J. Winardi, SE:2004:211-218) Perilaku organisasi tercakup empat unsur utama, yaitu :
1.      Aspek psikologis tindakan manusia itu sendiri, sebagai hasil studi psikologi.
2.      Adanya bagian lain yang diakui cukup relevan bagi usaha mempelajari tindakan manusia dalam organisasi.
3.      Perilaku organisasi sebagai suatu disiplin, mengakui bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana organisasi diatur dan siapa yang mengawasi mereka.
4.      Walaupun disadari akan adanya keunikan masing-masing individu, perilaku organisasi lebih banyak menekankan pada tuntutan manager bagi tercapainya tujuan organisasi secara keseluruhan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Prilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Untuk mengetahui prilaku individu dalam suatu organisasi, perlu diketahui terlebih dahulu dasar-dasar pembentukan prilaku individu itu sendiri. Berdasarkan karakteristik terbentuknya perilaku individu, maka dapat kita pahami bahwa setiap individu akan memiliki pengetahuan, kepribadian serta kemampuan yang berbeda-beda. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-hujurat:13, yang artinya:
“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang  paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.”
Untuk itulah, seorang pemimpin atau manager harus memahami perilaku individu sebagai landasan untuk mengelola orang-orang yang ada di dalamnya. Masalah perilaku individu maupun kelompok merupakan salah satu masalah yang amat pelik yang selalu dihadapi oleh semua manajer di berbagai organisasi, oleh karena itu perlu sekali mempelajari bagaimana prilaku individu dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.  
3.2. Saran
Penulis berharap, dengan pembahasan yang penulis sampaikan di atas, pembaca dapat memahami tentang karakter individu dan dapat berprilaku yang baik. Sehingga dapat menyesuaikan diri di organisasi manapun kita berada.
 

1 komentar: